Jumat, 04 November 2011

Kehadiran Blog Pribadi Dan Masa Depan Media Cetak.

Jurnalisme semakin berorientasi global, dan level kesadaran global setiap orang semakin besar. Kita tidak lagi menonton wawancara dari Vietnam atau Amerika yang direkam tiga hari yang lalu. Yang terjadi, kita mendapatkan informasi tentang deportasi Nazaruddin dari Kolombia hampir bersamaan dengan waktu penangkapan mantan Bendahara Umum DPP Partai Demokrat tersebut. Bahkan dengan ujung jari di mouse komputer atau di ujung remote televisi, kita bisa mendapatkan nerlimpah berita yang berbeda-beda, dari berita kekeringan yang terjadi di seluruh Indonesia, pasukan Barcelona ditahan imbang AC Milan di Liga Champion, 2-2.
Anda ingin mendapatkan berita itu sekarang? Bisa. Dan orang yang menyampaikan berita itu –memberitakan, menulis, menyusun, menyunting, memberi ilustrasi, merekam dan memposting- adalah jurnalis.
Kehadiran blog pribadi merupakan praktik dari kehadiran citizen journalism. Siaran dunia BBC dan CNN pun sudah menerapkan praktik ini dengan meminta dan menyiarkan laporan dan foto dari penonton BBC (BBC pernah menayangkan foto gempa Yogyakarta dari pemirsa setempat). Surat kabar daring; versi pertama yang merujuk pada eksistensi surat kabar online yang terpisah dengan surat kabar cetak. Terpisah artinya konten maupun keberadaan surat kabar daring ini tidak menyertai versi cetaknya. Contoh; detik.com, okezone.com, vivanews.com dan matabangsa.com. ini terinspirasi dari kehadiran para blogger-blogger sebagai pelaku new media. Surat kabar hibrid pun terinspirasi dari adanya blog dan daring tetapi, di samping berbasis jaringan, surat kabar daring ini menyediakan versi cetak pula. Contoh; kompas.com yang berhibrid dengan kompas cetak dan tempointeraktif .com dengan versi cetaknya pada Koran Tempo dan Majalah Tempo.

Blog dan Media cetak mempunyai sifat dan publik yang berbeda. Ketika publik ingin melihat peristiwa terbunuhnya Moammar Khadafi dengan cepat dia melihat di Blog-blog dan new media lain, tetapi ketika dia sedang bersantai di pagi hari sambil berkumpul dengan keluarga sebelum berangkat kerja media cetak menjadi pilihan untuk dikonsumsi.

Media Cetak pun tidak perlu takut akan tergeser akibat hadirnya new media, hal ini karena surat kabar mempunyai organisasi-organisasi, seperti: World Association of Newspapers yang didirikan pada tahun 1948, Serikat Penerbit Suratkabar yang didirikan pada tanggal 8 Juni 1946 di kota Yoyakarta dan organisasi pers yang lain. Bagi para penerbit media, satu perkembangan “revolusioner” dalam industri media di Indonesia sejak awal era Reformasi tahun 1998 ialah bahwa pasar media penerbitan adalah arena pertarungan cari uang.

Menurunnya pembaca muda, menjadikan surat kabar kelabakan. Dan hal ini selalu menjadi topik penting dalam kongres-kongres dan forum redaktur WAN yang dihadiri oleh para eksekutif tingkat atas perusahaan media dari seluruh dunia. Mengapa? Karena, para penerbit menyimpulkan bahwa memenangkan minat pembaca muda adalah kunci masa depan bagi bisnis media cetak. Dan, mereka sudah mempunyai kiat jitu.

Untuk menangani masalah pembaca generasi baru dan muda, WAN telah meluncurkan satu program khusus, disebut Newspapers in Education (NIE). DI Indonesia program ini sudah berjalan lebih dari dua tahun dan dinamakan Koran Masuk Sekolah (disingkat KMS) dengan didukung oleh lembaga bernama Komunitas Minat Baca Indonesia (KMBI). Program NIE atau KMS dimaksudkan sebagai konsep dasar bagaimana menggalang pembaca baru dan muda sebagai suatu strategi jangka panjang. Sehingga ramalan Bill Gates yang mengatakan bahwa 50 tahun kedepan masih ada orang yang mencetak koran, namun dia berkeras suatu saat di masa depan tidak akan ada lagi buku, majalah dan surat kabar. Semua itu akan tampil melalui sebuah alat berbentuk tablet. Melalui strategi jangka panjangnya program NIE dan KMBI ramalan Bill Gates tersebut tidak perlu terjadi.   






Referensi:
Materi Kuliah Penataan Isi Surat Kabar (Firdaus, 2011).

1 komentar: