Jumat, 04 November 2011

Kehadiran Blog Pribadi Dan Masa Depan Media Cetak.

Jurnalisme semakin berorientasi global, dan level kesadaran global setiap orang semakin besar. Kita tidak lagi menonton wawancara dari Vietnam atau Amerika yang direkam tiga hari yang lalu. Yang terjadi, kita mendapatkan informasi tentang deportasi Nazaruddin dari Kolombia hampir bersamaan dengan waktu penangkapan mantan Bendahara Umum DPP Partai Demokrat tersebut. Bahkan dengan ujung jari di mouse komputer atau di ujung remote televisi, kita bisa mendapatkan nerlimpah berita yang berbeda-beda, dari berita kekeringan yang terjadi di seluruh Indonesia, pasukan Barcelona ditahan imbang AC Milan di Liga Champion, 2-2.
Anda ingin mendapatkan berita itu sekarang? Bisa. Dan orang yang menyampaikan berita itu –memberitakan, menulis, menyusun, menyunting, memberi ilustrasi, merekam dan memposting- adalah jurnalis.
Kehadiran blog pribadi merupakan praktik dari kehadiran citizen journalism. Siaran dunia BBC dan CNN pun sudah menerapkan praktik ini dengan meminta dan menyiarkan laporan dan foto dari penonton BBC (BBC pernah menayangkan foto gempa Yogyakarta dari pemirsa setempat). Surat kabar daring; versi pertama yang merujuk pada eksistensi surat kabar online yang terpisah dengan surat kabar cetak. Terpisah artinya konten maupun keberadaan surat kabar daring ini tidak menyertai versi cetaknya. Contoh; detik.com, okezone.com, vivanews.com dan matabangsa.com. ini terinspirasi dari kehadiran para blogger-blogger sebagai pelaku new media. Surat kabar hibrid pun terinspirasi dari adanya blog dan daring tetapi, di samping berbasis jaringan, surat kabar daring ini menyediakan versi cetak pula. Contoh; kompas.com yang berhibrid dengan kompas cetak dan tempointeraktif .com dengan versi cetaknya pada Koran Tempo dan Majalah Tempo.

Blog dan Media cetak mempunyai sifat dan publik yang berbeda. Ketika publik ingin melihat peristiwa terbunuhnya Moammar Khadafi dengan cepat dia melihat di Blog-blog dan new media lain, tetapi ketika dia sedang bersantai di pagi hari sambil berkumpul dengan keluarga sebelum berangkat kerja media cetak menjadi pilihan untuk dikonsumsi.

Media Cetak pun tidak perlu takut akan tergeser akibat hadirnya new media, hal ini karena surat kabar mempunyai organisasi-organisasi, seperti: World Association of Newspapers yang didirikan pada tahun 1948, Serikat Penerbit Suratkabar yang didirikan pada tanggal 8 Juni 1946 di kota Yoyakarta dan organisasi pers yang lain. Bagi para penerbit media, satu perkembangan “revolusioner” dalam industri media di Indonesia sejak awal era Reformasi tahun 1998 ialah bahwa pasar media penerbitan adalah arena pertarungan cari uang.

Menurunnya pembaca muda, menjadikan surat kabar kelabakan. Dan hal ini selalu menjadi topik penting dalam kongres-kongres dan forum redaktur WAN yang dihadiri oleh para eksekutif tingkat atas perusahaan media dari seluruh dunia. Mengapa? Karena, para penerbit menyimpulkan bahwa memenangkan minat pembaca muda adalah kunci masa depan bagi bisnis media cetak. Dan, mereka sudah mempunyai kiat jitu.

Untuk menangani masalah pembaca generasi baru dan muda, WAN telah meluncurkan satu program khusus, disebut Newspapers in Education (NIE). DI Indonesia program ini sudah berjalan lebih dari dua tahun dan dinamakan Koran Masuk Sekolah (disingkat KMS) dengan didukung oleh lembaga bernama Komunitas Minat Baca Indonesia (KMBI). Program NIE atau KMS dimaksudkan sebagai konsep dasar bagaimana menggalang pembaca baru dan muda sebagai suatu strategi jangka panjang. Sehingga ramalan Bill Gates yang mengatakan bahwa 50 tahun kedepan masih ada orang yang mencetak koran, namun dia berkeras suatu saat di masa depan tidak akan ada lagi buku, majalah dan surat kabar. Semua itu akan tampil melalui sebuah alat berbentuk tablet. Melalui strategi jangka panjangnya program NIE dan KMBI ramalan Bill Gates tersebut tidak perlu terjadi.   






Referensi:
Materi Kuliah Penataan Isi Surat Kabar (Firdaus, 2011).

Perbedaan Menulis di Blog Dengan di Media Massa Cetak.


Kemudahan dalam segalah hal, baik itu kemudahan dalam mendapatkan, menulis, mengolah  serta mempublikasikan informasi adalah salah satu hal yang paling mendasar yang membedakan blog dengan media massa cetak. Aspek kecepatan dalam mempertahankan keaktualitasan sebuah informasi merupakan sebuah hal yang sangat sulit diraih oleh sebuah surat kabar selaku media massa cetak, hal ini sangat bertolak belakang dengan blog. Informasi dapat dengan cepat di olah, agar tidak basi atau didahului oleh media yang lain. Padahal hal ini merupakan sesuatu yang sering kali merayu para penulis agar tulisan yang ditulisnya mempunyai nilai aktualitas atas sebuah berita yang mempunyai daya tarik bagi publik. Masalah apakah berita tersebut berdampak baik atau buruk bagi publik, kan bisa klarifikasi atau bahkan di edit ulang.
Menulis di blogpun tidak membutuhkan sebuah keterampilan menulis dahulu. Yang terpenting adalah mau belajar, bekerja keras dan mencintai dunia tulis menulis adalah modal awal untuk memasuki dunia blog. Berbeda dengan media massa cetak yang menuntuk keterampilan dan syarat-syarat tertentu yang terpaksa harus dituruti oleh para pelaku insan pers. Dan biasanya sebelum bekerja di media massa cetak diperlukan sebuah komitmen mampu bekerja di bawah tekanan. Padahal istilah pers itu sendiri berasal dari kata tekan (press). Akan tetapi, yang ditekan bukanlah manusia, melainkan menekankan huruf-huruf ke sebuah media yang dinamakan kertas.

Kalaulah manusia bekerja di bawah tekanan, hal ini kan melanggar Hak Azasi Manusia juga namanya. suatu hal yang biasa didengungkan para fraktisi media untuk memberikan input terhadap pemerintah agar memberikan regulasi terhadap timbulnya new media. Yang terpenting adalah sinkronisasi antar hati nurani dan aturan yang mengatur kebebasan media massa, terlepas dari Ketetapan, undang-undang dan produk hukum yang lainnya. Kalaulah hal ini sama-sama dihayati, maka etnosentrisme dalam bermediapun tidak perlu terjadi.

Pesan tidak terstruktur, komunikatornya terlembaga, saluran bersifat interaktif serta komunikannya bisa menjadi komunikator dan komunikan. Merupakan karakteristik dari blog sebagai new media. Dengan timbulnya para jurnalis-jurnalis amatiran media cetak tidaklah perlu khawatir tersingkir. Hal ini malah akan mendukung mereka untuk berkarya lebih baik, dalam arti lebih mampu menjawab aspirasi warga.

“Berita yang baik adalah berita yang buruk” senantiasa tidak selalu pas untuk dialamatkan kepada media massa, istilah “Toni digigit anjing” bukan berita, yang namanya berita adalah ketika “Toni mengigit anjing” tidaklah selalu benar. Yang benar adalah bahwa perbedaan karakteristik menulis di blog dan di media massa, merupakan sebuah modal transaksional yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Apabila blog memiliki kekurangan, maka media cetak menutupi kekurangan tersebut dengan kelebihan yang dimilikinya, atau sebaliknya. Komentar anda?  

 

Blog Pribadi dan Jejaring Sosial Masuk Kategori Sebagai Media Massa Atau Apa Ya?

Dunia Jurnalisme berkembang pesat, mengglobal, sangat kompetitif. Kini kita hidup di era berita 24 jam yang dipenuhi breaking news, dengan radio, stasiun televisi dan situs berita internet yang harus memperbaharui berita-beritanya bahkan setiap menit. Peran koran, stasiun televisi dan radio mulai tersaingi oleh menjamurnya jumlah portal berita yang tumbuh pesat satu dekade terakhir. Dalam situasi yang senantiasa berubah ini, media cetak harus beradaptasi agar tetap relevan dan bertambah menarik perhatian para pembacanya yang semakin cerdas.
Dengan munculnya layanan seperti Twitter, Facebook, Linkedln, MySpace, YouTube, Blog dan lain-lain. Untuk menjadi citizen Jurnalisme di sebuah media massa adalah bukan perkara mudah. Menulispun merupakan perkara yang sulit bagi yang bukan penulis, minimal bagi yang tidak biasa menulis. Jangankan menulis Opini menulis sebuah laporan peristiwa saja, ia akan sulit, harus mulai darimana ia menulis. Apalagi jika menulis opini yang kadang tidak hanya asal bunyi saja. Apalagi jika hendak dikirimkan ke media cetak, selain harus memenuhi karakterisasi dari media tersebut, hal lain yang cukup menentukan adalah orisinalitas gagasan, sistematika penulisan dan pemikiran, panjang tulisan dan EYD.
Sejak munculnya media sosial, orang dengan bebas bisa menulis apa saja. Tanpa takut terkena sensor oleh badan negara. Tetapi, hal yang harus dipegang adalah bahwa kita menulis tersebut berdasarkan hati nurani, etika manusia sebagai makhluk sosial. Setidaknya bisa menjaga mana hak pribadi dan hak publik. Ketika kita bosan atas tulisan kita yang tidak pernah di muat oleh surat kabar daring atau hibrid. Maka, salah satu jalannya, yakni dengan membuat blog pribadi atau jejaring sosial lain.
Blog pribadi akan menjadi milik pribadi, ketika informasi yang kita upload ke internet itu hanya untuk konsumsi kita sendiri. Dan akan menjadi media massa tatkalah blog pribadi kita tersebut di konsumsi oleh berbagai  kalangan yang dinamakan publik. Akan menjadi suatu kepuasan tersendiri bagi seorang blogger yang dahulunya ingin melampiaskan amarah menulisnya ke wadah yang dikenal dengan Blog. Di baca oleh publik  dan publik tersebut memberikan sebuah komentar sebagai feedback di laman blog yang tersedia. Tatkalah blog kita sudah mempunyai member yang loyal, jumlahnya banyak dan mereka menganggap media yang kita gunakan dalam hal ini new media sebagai kebutuhan, dan sekitar 50%+1 masyarakat di suatu daerah tergantung atas new media, maka media itu dikatakan media massa.
Apalagi pada tahun 1990 Bill Gates meramalkan sebagai ahli teknologi “surat kabar akan mati” dalam waktu 10 tahun dia menyatakan ramalannya itu. Ternyata ramalan Bill Gates meleset. Dalam pernyataan susulan April tahun ini, Gates menyampaikan prediksi baru, mungkin sampai lebih 50 tahun ke depan masih ada orang yang mencetak koran, namun dia berkeras suatu saat dimasa depan tidak akan ada lagi buku, majalah, dan surat kabar. Semua itu akan tampil secara digital melalui sebuah alat berbentuk tablet. Hal ini semakin menguatkan para jurnalis awam berkreasi di blog mereka masing-masing. Kapanpun bisa dia edit. Ketika blog pribadi dan jejaring sosial sudah masuk ke dalam media massa, maka para blogger dituntut agar bisa memberikan informasi yang nyaman terhadap publik.

Contoh Berita Jurnalistik Radio

BD.4.10.2011/ lipt.pagi/ Frm.-                                                                                   Bkl/ Politik

Dewan Perwakilan Mahasiswa Unib mendesak PR3 segera melantik Majelis Permusyawaratan Mahasiswa –MPM-//   Menurut Menteri  Advokasi Mahasiswa Unib Purwanto kekosongan jebatan presiden BEM Unib masa jabatan priode 2011-2012 perlu menjadi perhatian serius bagi pihak Universitas// Diharapkan Rektor agar segera melantik kepengurusan MPM untuk menindak lanjuti terselenggaranya Pemilihan Umum Raya –Pemira-// Untuk mengetahui  sejauh mana sikap yang diambil oleh Rektor Universitas Bengkulu tentang kekosongan presiden BEM Unib periode 2011-2012 berikut  laporannya..........................  

====INSERT====
Kata awal   ; kekosongan jabatan presiden BEM Unib........
Kata Akhir ; .................... membentuk kepengurusan KPU.


                                                                                                (Reman FM )
                                                                       
















Judul              : Jelang persiapan Pemira
Hari/Tgl          : Selasa/ 4 Oktober2011
Jam Siar         : 14:00
Reporter         : Reidi Sunarto.

Saudara Pendengar,
Kekosongan jabatan Presiden BEM Unib sampai saat ini masih menjadi tanda tanya besar sebagai suatu tekateki yang perlu segera dipecahkan//  Persoalannya, mengapa belum juga dilaksanakan pelantikan presiden Bem, menurut Menteri Advokasi Mahasiswa Purwanto, kekosongan jabatan tersebut sebagai suatu kekeliruan dari pihak legislatif dalam hal ini MPM    belum menerbitkan surat keputusan untuk KPU yang  besar bagi seluruh mahasiswa Unib// Pembantu rektor 3 yang membidangi kemahasiswaan unib Hutapea, mengatakan, keterlambatan pelantikan kepengurusan MPM yang baru  disebabkan   pengurus MPM yang yang juga mahasiswa ketika itu sedang melaksanakan Kuliah kerja Nyata -KKN-// Namun SURAT KEPUTUSAN Rektor untuk MPM yang telah diterbitkan, kini kepengurusan MPM yang baru sudah dijadwalkan hari Jumat, 7 Oktober akan dilakukakan pelantikan// Menurut rencana pelantikan pengurus MPM tersebut akan dilakukan langsung oleh Rektor UNIB Profesor Zainal Mukhtamar// Pelantikan ini akan dihadiri oleh pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa  –UKM- tingkat universitas// PEMIRA- akan dilaksanakan pertengahan Oktober mendatang, Setelah terbentuknya kepengurusan Komisi Pemilihan Umum –KPU-//
Berikut pernyataan Hutapea.

“======insert=======”

 Para pendengar yang berbahagia, sampai di sini perjumpaan kita// Terima kasih atas kesetiaan Anda mendengarkan berita kami// Selamat beraktivitas//

Sejarah Perkembangan Media Cetak

Ide surat kabar sendiri sudah setua zaman Romawi kuno dimana setiap harinya, kejadian sehari-hari diterbitkan dalam bentuk gulungan yang disebut dengan “Acta Diurna” , yang artinya adalah “Kegiatan hari” atau “catatan harian”. “Acta Diurna” dibuat pada saat Kaisar Romawi  Julius Caesar berkuasa yakni sekitar 3000 tahun sebelum masehi. 2000 tahun sebelum masehi Amenhotep III (Fir'aun Mesir) memerintahkan perwira-perwiranya di daerah untuk membuat papan pengumuman. Bangsa Cina menggunakan balok kayu yang ditekan pada tahun 600 SM. Pada tahun1000 SM, mereka juga mempunyai jenis tanah liat yang bisa dibawa-bawa. Pada abad 13, Korea telah menggunakan jenis metal yang sederhana dan bisa dibawa-bawa. Kemudian Setelah Gutenberg menemukan mesin cetak di abad kelimabelas, maka buku-buku pun mulai diterbitkan di Perancis dan Inggris, begitu pula halnya dengan surat kabar.
Menurut sejarah, seorang ahli dari Jerman, Pemilik nama lengkap Johannes Gutenberg ini menemukan mesin cetak yang akhirnya digunakan untuk mencetak bible (Kitab Suci). Ini terjadi pada tahun 1453 (literatur lain menyebut tahun 1455). Sebelumnya Gutenberg menulis secara manual, kitab-kitab suci tersebut. Namun dengan bantuan mesin cetak, kitab suci yang dihasilkan jauh lebih banyak. Sebelum ada revolusi Gutenberg, buku-buku di Eropa disalin dengan menggunakan Manu Script. Selain memakan waktu yang lama, harga buku-buku tersebut tergolong mahal dan hanya bisa dibeli oleh orang-orang yang mampu. Dengan ditemukannya mesin cetak, perkembangan ilmu dan pengetahuan waktu itu semakin pesat, bahkan tidak hanya untuk bangsa Eropa saja tetapi juga sampai ke Timur Tengah. Melalui buku-buku yang dicetak pada waktu itu, minat baca masyarakat menjadi tinggi. Kitab Suci yang awalnya ditulis manual oleh Gutenberg saat itu juga dicetak dengan bahasa lain, tidak hanya bahasa latin. Ini yang akhirnya membuat gerakan kaum protestan.

Gutenberg adalah seorang pencetak emas dan ahli metal. Dia mempunyai ide untuk menggunakan jenis metal yang telah diukir untuk menggantikan model kayu dan tanah liat. Ini merupakan keberhasilan yang sangat penting. Jenis metal ini tidak hanya bisa dipindah-pindah, tetapi bisa juga digunakan untuk mencetak dari halaman satu ke halaman lain. Lebih unggul dari model metal Korea merupakan tujuan Gutenberg. Bangsa Korea menggunakan press (cetak tekan) untuk menghasilkan seni yang menarik. Melalui penemuannya, Gutenberg dapat memproduksi berbagai macam buku yang kelak dapat menghasilkan keuntungan. Namun Gutenberg tetap saja seorang pengusaha yang miskin. Gutenberg menekankan kualitas di atas kuantitas. Seperti halnya mencetak kitab bible . sebagai penghormatan dirinya atas kitab itu, ia menggunakan tinta dan kertas berkualitas tinggi, sehingga hanya sedikit keuntungan yang dia peroleh.

Para pencetak lain melihat dengan cepat potensi keuntungan ekonomi dari penemuan Gutenberg. Kitab suci hasil cetak gutenberg pertama kali muncul pada tahu 1456. Pada akhir abad tersebut atau 44 tahun kemudian, operasional percetakan tersebar di 12 negara Eropa, dan benua tersebut dibanjiri sedikitnya 20 juta volume dari 7 ribu judul buku dalam 35 ribu edisi yang berbeda-beda (Drucker, dalam Baran. 2004: 43). 

Salah satu bentuk hasil dari media cetak adalah surat kabar. Surat kabar penerbitannya ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran, yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik. Surat kabar awalnya berkembang di Eropa, khususnya di Inggris dan Amerika Utara. Tahun 1702 muncul Daily Courant lalu Revue pada tahun 1704. Sedangkan di Amerika, surat kabar baru terbit setelah beberapa tahun Amerika mencapai kemerdekaannya (1776). Namun pada awalnya, surat kabar hanya diperuntukkan bagi kaum elit dan terpelajar. Secara fisik, bentuk koran pada saat itu masih sangat sederhana dan menggunakan biaya yang sangat murah, tetapi jangkauannya meluas. Pada tahun 1830, surat kabar sudah mewabah di New York. Ini adalah saat kejayaan surat kabar yang akhirnya mewabah ke seluruh pelosok dunia (History Of Tecnology, 2010).

Surat kabar pertama kali dibuat di Amerika Serikat, dengan nama “Public Occurrenses Both Foreign and Domestick” di tahun 1690. Surat kabar tersebut diusahakan oleh Benjamin Harris, seorang berkebangsaan Inggris. Akan tetapi baru saja terbit sekali, sudah dibredel. Bukan karena beritanya menentang pemerintah, tetapi Cuma gara-gara dia tidak mempunyai izin terbit. Pihak kerajaan Inggris membuat peraturan bahwa usaha penerbitan harus mempunyai izin terbit, di mana hal ini didukung oleh pemerintah kolonial dan para pejabat agama. Mereka takut mesin-mesin cetak tersebut akan menyebarkan berita-berita yang dapat menggeser kekuasaan mereka kecuali bila usaha itu dikontrol ketat (Hakim, 2008).

Kemudian surat kabar mulai bermunculan setelah negara Amerika Serikat berdiri. Saat itu, surat kabar itupun tidak sama seperti surat kabar yang kita miliki sekarang. Saat itu surat kabar dikelola dalam abad kegelapan dalam jurnalisme. Sebab surat kabar telah jatuh ke tangan partai politik yang saling bertentangan. Tidak ada usaha sedikitpun untuk membuat berita secara objektif., kecuali untuk menjatuhkan terhadap satu sama lainnya. Washington dan Jefferson dituduh sebagai penjahat terbesar oleh koran-koran dari lawan partainya.

Apapun situasinya, rakyat hanya menginginkan Amandemen dalam konstitusi yang akan menjamin hak koran-koran ini untuk mengungkapkan kebohongan yang terburuk sekalipun tanpa takut dibrendel oleh pemerintah. Presiden John Adams membreidel koran ”The New Republik”. Akibatnya partai Federal pecah dan sebaliknya menguatkan posisi Jefferson. Aksi breidel-membreidel ini sampai membuat keheranan seorang menteri bangsa Prusia yang berkunjung ke Kantor Jefferson. Secara kebetulan, ia membaca koran dari partai Federalis yang isinya meyerang Jefferson habis-habisan.

Kritik-kritik keras tidak hanya menyerang Washington, Jefferson, John Adams ataupun James Medison, pokoknya semua kena. Dan selama koran tetap dikuasai oleh para anggota partai politik saja, maka tidak banyak yang bisa diharapkan.
Kemudian kecerahan tampaknya mulai menjelang dunia persurat kabaran. James Gordon Bennet, seorang berkebangsaan Skotlandia melakukan revolusinisasi terhadap bisnis surat kabar pada 1835. Setelah bekerja di beberapa surat kabar dari Boston sampai Savannah akhirnya dia pun mendirikan surat kabar sendiri. Namanya ”New York Herald” dengan modal pinjaman sebesar 500 dollar. Percetakannya dikerjakan di ruang bawah tanah di Wall Street dengan mesin cetak yang sudah tua dan semua pekerjaan reportase dilakukannya sendiri.

”The Herald” dan Bennet memperlihatkan kepada Amerika dan dunia tentang bagaimana cara mendapatkan berita. Tidak lama kemudian Bennet pun berhasil meraih kesuksesan dan membangun kantor beritanya sama seperti kantor-kantor perusahaan surat kabar yang banyak kita jumpai sekarang. Dia juga sudah menempatkan koresponden-korespondennya di luar negeri di mana beritanya dikirim dengan usaha paket milik Bennet sendiri, dari pelabuhan New York ke kantornya di kota. Dia juga yang pertama-tama mendirikan biro di Washington, dan memanfaatkan jasa telegraf yang baru saja ditemukan.
Sejak itulah berita sudah mulai dipilah-pilahkan menurut tingkat kepentingannya, tapi tidak berdasarkan kepentingan politik. Bennet menempatkan politik di halaman editorial. Isi korannya yang meliputi soal bisnis, pengadilan, dan kehidupan sosial masyarakat New York memang tidak bisa dijamin keobyektifatnya, tetapi setidaknya sudah jauh berubah lebih baik dibandingkan koran-koran sebelumnya.

Enam tahun setelah ”Herald” beredar, saingannya mulai muncul. Horace Greely mengeluarkan koran “The New York Tribune”. Tribune pun dibaca di seluruh Amerika. Pembacanya yang dominan adalah petani, yang tidak peduli apakah mereka baru sempat membaca korannya setelah berminggu-minggu kemudian. Bagi orang awam, koran ini dianggap membawa perbaikan bagi negara yang saat itu kurang terkontrol dan penuh bisnis yang tidak teratur.

Koran besar yang ketiga pun muncul di New York di tahun 1851, ketika Henry J. Raymond mendirikan koran dengan nama “The New York Times”, atas bantuan mitra usahanya, George Jones. Raymond-lah yang mempunyai gagasan untuk menerbitkan koran yang non partisan kepada pemerintah maupun perusahaan bisnis. Beruntung, saat itu Presiden Lincoln tidak pernah melakukan pembreidelan terhadap koran-koran yang menyerangnya.
 

Setelah serentetan perang saudara di Amerika usai, bisnis persuratkabaran pun berkembang luar biasa. Koran-koran pun mulai muncul di bagian negara-negara selain New York dan Chicago. Di selatan, Henry W. Grady dengan koran “Konstitusi Atlanta”. Lalu, muncul koran “Daily News” dan “Kansas City Star” yang mempunyai konsep pelayanan masyarakat sebagai fungsi dari sebuah surat koran. Bahkan pemilik Star, Rockhill Nelson bersumpah untuk mengangkat kota Kansas dari “kubangan lumpur” dan berhasil. Di barat, Jurnalisme Flamboyan diwakili oleh “Denver Post” dan koran-koran San Fransisco.
Di New York, surat kabar dianggap sebuah bisnis yang bakal menjanjikan. Charles Dana membeli surat kabar ”Sun” dan menyempurnakannya. Editornya, John Bogart punya cerita sendiri tentang berita. Menurutnya ”kalau anjing menggigit manusia, itu bukan berita. Tapi kalau manusia menggigit anjing, itu baru namanya berita”.

James Gordon Bennet Junior (anak Bennet) dan Joseph Pulitzer merupakan rival-rival utama Dana. Bennet Jr. Memperlihatkan cara membuat berita yang baik. Prestasinya yang paling terkenal adalah ketika dia mengirimkan Henry Stanley, seorang wartawan London, untuk mencari David Livingstone, seorang misionaris yang hilang di hutan.

Sedangkan Pulitzer mempunyai koran yang bernama ”New York World” dan terkenal sejak jaman perang saudara sampai akhir abad itu. New York Word dibeli Pulitzer pada tahun 1883. Pada saat dibeli Pulitzer, New York Word hanya mencetak 20.000 eksemplar, namun pada tahun 1892 pembacanya sejumlah 374.000 orang. Kejayaan ini dikenal sebagai masa Newspaper Barons (Elvinaro, 2004: 106). Pulitzer melakukan taktik yang lebih baik dibanding para pendahulunya. Editorialnya yang bersifat perjuangan ke arah perbaikan dan liberal, liputan beritanya yang serba menarik, dan taktik diversifikasinya mengundang decak kagum seperti yang pernah dilakukan oleh Herald. Pulitzer adalah yang pertama kali menerbitkan koran mingguan, di mana isinya ditulis oleh para penulis terbaik yang pernah ada.

Pada tahun 1892 supremasi Pulitzer ditantang oleh William Randolp Hearst lewat koran ”World”. Dalam hal inovasi dan keberanian, ”World”-nya Hearst lebih dari ”World”-nya Pulitzer. Bukan itu saja, koran Hearst isi beritanya jauh lebih flamboyan daripada koran Pulitzer. Hearst banyak mempekerjakan orang-orang terbaiknya Pulitzer. Dia mempekerjakan Richard Outcault, kartunis Pulitzer dan mendorongnya untuk menciptakan sebuah feature bernama ”The Yellow Kid”, yang menandai lahirnya cergam komik di Amerika.

Pada masa perang antara Amerika dan Spanyol, kedua koran ini berteriak paling keras mendukung Amerika Serikat untuk terjun perang, memimpin suara rakyat dengan padan suara jurnalisme dalam skala nasional, dan memojokkan ke dalam konflik yang tidak terhindarkan. Selanjutnya di perang Amerika-Kuba, keduanya mengalihkan kompetisinya dalam usaha meliput perang.

Setelah Pulitzer meninggal, ”New York World” malah menjadi yang terbesar di dunia. Orang menyebut Pulitzer sebagai ”wartawannya surat kabar”. Nama Pulitzer digunakan untuk penghargaan bagi karya jurnalistik tingkat dunia. Sebaliknya, Hearst bersama koran-koran lainnya terpukul keras ketika depresi besar terjadi. Tetapi usaha majalahnya yang paling terkemuka, yakni ”Good Housekeeping” dan ”cosmopolitan” tetap terus berkembang pesat.

Dalam perkembangannya, surat kabar berangkat sebagai alat propaganda politik, lalu menjadi perusahaan perorangan yang disertai keterkenalan dan kebesaran nama penerbitnya, dan sekarang menjadi bisnis yang tidak segemerlap dulu lagi, bahkan dengan nama penerbit yang semakin tidak dikenal.

Perubahan ini memberikan dampak baru. Ketika iklan mulai menggantikan sirkulasi (penjualan langsung) sebagai sumber dana utama bagi sebuah surat kabar, maka minat para penerbit jadi lebih identik dengan minat para masyarakat bisnis. Ambisi persaingan untuk mendapatkan berita paling ideal tidaklah sebesar ketika pelaporan. Walaupun begitu, perang sirkulasi masih terjadi pada tahun 1920-an, tetapi tujuan jangka panjang mereka adalah untuk mencapai perkembangan penghasilan dari sektor iklan. Sebagai badan usaha, yang semakin banyak ditangani oleh para pengusaha, maka surat kabar semakin kehilangan pamornya seperti yang dimilikinya pada abad ke-19.

Namun, surat kabar kini mendapatkan sesuatu yang lain yang lebih penting. Surat kabar yang mapan kini tidak lagi diperalat sebagai senjata perang politik yang saling menjatuhkan ataupun bisnis yang individualis, melainkan menjadi media berita yang semakin obyektif, yang lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pihak-pihak tertentu saja.

Kenaikan koran-koran ukuran tabloid di tahun 1920-an yang dimulai oleh ”The New York Daily News”, memberikan suatu dimensi baru terhadap jurnalisme. Akhirnya memang menjadi kegembiraan besar bagi kehidupan surat kabar, terutama dalam meliput berita-berita keras. Perubahan lain yang layak mendapat perhatian adalah timbulnya sindikasi. Berkat adanya sindikat-sindikat, maka koran-koran kecil bisa memanjakan pembacanya dengan materi editorial, informasi, dan hiburan. Sebab kalau tidak, koran-koran kecil itu tentu tidak dapat mengusahakan materi-materi tersebut, lantaran biaya untuk itu tidaklah sedikit. Sindikat adalah perusahaan yang berhubungan dengan pers yang memperjualbelikan bahan berita, tulisan atau bahan-bahan lain untuk digunakan dalam penerbitan pers.
 

Tahun 1950, industri televisi mulai mengancam dominasi media cetak. Namun, sampai sekarang, koran masih bertahan. Kenyataan menunjukkan bahwa koran telah menjadi bagian dari kehidupan manusia pada umumnya. Dengan karakter khususnya ia mampu membedakan dirinya dari media lainnya seperti televisi dan radio.