Selasa, 23 April 2013

Menentukan Informan/Responden/Sampel

 
SAMPEL adalah subyek/obyek yang menjadi sumber peneliti dalam memperoleh data. Saya menyebutkan subyek jika ia adalah orang. Tapi kalau berupa dokumen seperti berita, program acara, atau iklan, kita dapat menyebutnya obyek. Penelitian jenis kualitatif umumnya tidak menggunakan istilah sampel. Tetapi "informan" untuk menjadi pembeda. Berikut ini beberapa teknik penarikan sampel atau penentuan informan yang dikemukakan oleh W. Lawrence Neuman (2007). Teknik penerikan sampel atau penentuan informan dikelompokkan ke dalam dua kategori besar: Kualitatif dan Kuantitatif.

KUALITATIF

Purposive. Peneliti memilih informan menurut kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Kriteria ini harus sesuai dengan topik penelitian. Mereka yang dipilih pun harus dianggap kredibel untuk menjawab masalah penelitian.

Kuota. Informan yang dipilih bertujuan untuk memenuhi kuota yang telah ditentukan sebelumnya. Misalnya, seorang peneliti ingin mengumpulkan data dari sejumlah orang di sebuah desa terpencil. Peneliti memutuskan untuk memilih 20 orang perempuan dan 20 orang laki-laki. Mereka yang dipilih ini diambil begitu saja, tanpa metode/cara tentu.

Snowball atau bola salju. Informan yang dipilih merupakan hasil rekomendasi dari informan sebelumnya. Ini umumnya digunakan bila peneliti tidak mengetahui dengan pasti orang-orang yang layak untuk menjadi sumber. Misalnya ketika peneliti ingin mengetahui pola komunikasi antarpribadi para pengguna narkoba. Tidak ada daftar nama yang bisa jadi rujukan. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan meminta rekomendasi dari seseorang. Dari seorang informan, jumlah sumber data dapat berlipat ganda jumlahnya. Seperti bola salju yang menggelinding.

Sequential. Informan yang dipilih tidak ditentukan batasannya. Jumlahnya terus bertambah dan bertambah sampai peneliti menilai data yang dikumpulkan dari sejumlah informan tersebut telah mencapai titik jenuh. Maksudnya, tidak ada hal baru lagi yang dapat dikembangkan.

KUANTITATIF

Simple Random atau acak sederhana. Mereka yang dipilih sebagai responden atau sampel diambil begitu saja melalui proses acak sederhana. Seperti cara mengundi nama saat arisan atau pemilihan kartu pos yang berhak untuk memenangkan sebuah undian.

Systematic Random atau acak sistematik. Serupa dengan acak sederhana, bedanya dalam acak sistematik, peneliti menetapkan interval atau cara tertentu dalam penerikan sampel secara acak. Misalnya peneliti mengocok 100 kartu yang berisi nama calon responden. Peneliti menetapkan, setiap kocokan ke-5, kartu yang paling atas akan dipilih sebagai sampel/responden. Jadi peneliti selalu mengulang mengocok kartu per 5 kali untuk memilih satu demi satu kartu yang berisi nama (calon) sampel/responden.

Stratified atau berjenjang. Sampel dipilih berjenjang menurut kategori umum ke khusus. Misalnya, untuk menentukan sampel dari populasi mahasiswa di sebuah universitas, peneliti mengelompokkan mahasiswa menurut fakultas, jurusan, lalu program studi. Di jenjang program studi, peneliti mengelompokkan lagi sampel menurut angkatannya. Jadi dengan demikian, mahasiswa di setiap angkatan pada universitas tersebut (apa pun program studi atau jurusannya) terwakili dari sampel yang ditarik.

Cluster atau perkelas. Sebelum dipilih, sampel dikelompokkan menurut kategori sosial tertentu. Misalnya jenis kelamin, usia, tingkat ekonomi, atau tempat bermukim. Serupa dengan sampel berjenjang, bedanya pengelompokkan ini lebih menjadikan kategori sosial sebagai dasar pengelompokkan. Sedangkan sampel berjenjang lebih fokus pada pendekatan kerangka sampling.

Setiap metode sampling dapat dipilih dan disesuaikan dengan tujuan penelitian. Intinya, apapun metode yang digunakan, diharapkan informan, sampel, atau responden yang dipilih dapat memberi jawaban dan merepresentasikan apa yang ingin diteliti.

Sumber: http://isukomunikasi.blogspot.com/2011/03/menentukan-informanrespondensampel.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar