Sabtu, 08 November 2014

Sejarah Padang Guci, Bintuhan Kabupaten Kaur

Penduduk Kaur terbentuk dari orang-orang yang berasal dari dataran tinggi Perbukitan Barisan, yaitu orang Rejang dan orang Pasemah (Palembang), orang Lampung, dan orang Minangkabau. Minangkabau yang masuk melalui Indrapura masuk sampai ke daerah Kaur (Bengkulu). Di sini mereka bercampur dengan kelompok lain yang berasal dari Palembang, sehingga membentuk suatu identitas baru, yaitu orang Kaur.

Misalnya, di Marga Muara Nasal (Kaur) sebagian penduduknya berasal dari Minangkabau. Menurut cerita rakyat, daerah pesisir pantai ini mulanya dihuni oleh suku Buai Harung (Waij Harung) dari landschap Haji (Karesidenan Palembang). Sejak sekitar abad ke-18, mereka mendirikan kolonisasi pertama di muara sungai Sambat yang selanjutnya berkembang sampai ke Muara Nasal. Akan tetapi, pada saat daerah itu diambil alih oleh orang-orang dari Pagaruyung yang masuk melalui Indrapura, sebagian dari mereka terdesak ke Lampung. Mereka bercampur dengan penduduk setempat sehingga dikenal sebagai orang Abung. Sebagian lain suku Buai Harung bercampur dengan orang Minangkabau dan menjadi orang Kaur.

Penduduk yang bermukim di Kaur juga merupakan percampuran antara orang dari sekitar Bengkulu dengan orang Pasemah. Misalnya, di dusun Muara Kinal (Marga Semidang), keberadaan penduduk dimulai dengan berdirinya pemukiman orang-orang dari sekitar Bengkulu (onderafdeeling Bengkulu). Pemukiman ini bergabung dengan pemukiman orang Gumai yang berasal dari Pasemah Lebar dan menjadi satu marga, yaitu marga Semidang Gumai.Pergerakan penduduk dari daerah sekitar menuju Bengkulu terus terjadi sampai sekitar abad ke-19, yaitu percampuran orang Pasemah dan orang Kaur yang dimulai dari kedatangan orang Pasemah yang mendirikan pemukiman di hulu sungai Air Tetap (Marga Ulu Tetap). Selanjutnya, mereka bergabung dengan orang Kaur yang bermukim di Marga Muara Tetap, dan gabungan dua marga ini menjadi Marga Tetap.

Di Kaur terdapat juga orang-orang dari daerah Semendo Darat dari Dataran Tinggi Palembang (Marga-marga Sindang Danau, Sungai Aro, dan Muara Sabung). Mereka bertempat tinggal di Muara Nasal, sekitar 15 km ke arah mudik dari Sungai Nasal, dan bernama Marga Ulu Nasal. Penduduk Marga Ulu Nasal terbentuk dari campuran orang-orang dari daerah Semendo Darat dan Mekakau (Palembang). Kemudian di daerah Manna terdapat orang Serawai, yang menurut legenda berasal dari Pasemah Lebar (Pagar Alam). Mereka berpindah dan bermukim di dusun Hulu Alas, Hulu Manna, Padang Guci, dan Ulu Kinal (daerah Manna). Daerah pantai Lais mendapatkan tambahan penduduk yang berasal dari Minangkabau. Kedatangan mereka diperkirakan berkaitan dengan kedatangan pangeran dari Minangkabau ke daerah orang Rejang dan mereka menjadi cikal bakal Kerajaan Sungai Lemau. Selain itu, di daerah pantai juga terdapat orang Melayu, mereka memiliki daerah pemukiman sendiri yang disebut dengan ‘pasar’ dan dipimpin oleh seorang datuk.

Di daerah pesisir orang Melayu juga bercampur dengan orang Rejang sehingga pemukiman-pemukiman orang Melayu ini masuk dalam pemerintahan marga. Meskipun demikian, dusun-dusun tersebut tetap dengan sebutannya ‘pasar’, seperti pasar Seblat, pasar Kerkap dan di pimpin oleh seorang datuk, tetapi dusun-dusun tersebut adalah bagian dari pemerintahan marga. Orang Rejang, orang Pasemah, orang Minangkabau, dan orang Lampung selanjutnya terikat dalam satu kesatuan wilayah, yaitu Keresidenan Bengkulu. Mereka tersebar di daerah-daerah Bengkulu sebagai berikut:

  1. Kelompok orang Rejang sebagian besar bermukim di daerah Rejang dan Lebong, dan sebagian lain berada di pesisir pantai bagian sebelah Barat dari Bukit Barisan, Lembak Beliti di Selatan, Seblat dan sampai ke Sungai Ipuh di sebelah Utara.
  2. Kelompok Orang Pasemah atau Midden Maleiers yang dapat dibedakan menjadi:

  • Orang Pasemah bermukim di bagian hulu sungai Manna, Air Kinal, dan Air Tello, dan di daerah aliran sungai Kedurang, dan sungai Padang Guci.
  • Orang Serawai berada di daerah Manna, Bengkulu-Seluma, dan Rejang.
  • Orang Semendo berada di daerah muara sungai Sungai Luas (Kaur)
  • Orang Mekakau bermukim di hulu Air Nasal (Kaur) dan di marga Way Tenong (Krui).
  • Orang Kaur bertempat tinggal di pesisir pantai daerah Kaur
  • Orang Lampung bertempat tinggal di marga Way Tenong, sebagian besar daerah Krui, dan di aliran sungai Nasal (Kaur).
  • Orang Minangkabau, terutama berada di daerah Muko-Muko.

Prasasti Telapak kaki Padang Guci Hulu

Picture
Padang guci adalah salah satu nama daerah di indonesia,Padang guci terletak di Kabupaten kaur Bengkulu Selatan.Keindahan Alam padang guci dan keunikanya sangat menarik. Daiantaranya di temukanya Prasasti telapak kai,menurut ceita,prasasti telapak kaiki ini adalah penginggalan zaman maja phit.prasasti telapak kaiki terletak di persawahan cughup soermeka,kiara-kira 10 menit dari Desa Manau IX.2, Padang Guci Hulu,Kabupaten Kur. menurut ceita masayarakt prasasti telapak kaki ini merupakan telapak kai puyang Pepe,dimana tempat belaiu beristirahat dari pagar alam besemah habis pinjam tabuhan.tabuhan merupakan alat musik tradisioanal,Lalu Tabuhan Tersebut diletakan diatas batu tersebut.Sehingga tibmbulah Lubang di ats batu tesebut. selain telihat jelas telapak kai sebelah kiri,juaga di temukan 6 bauah loabng di perkiarakan luabnag tersebuat beaks beliau melaetakan tabuahan. tapi sayangya tidak ada orang yang merawat batu tersebuat.padahal ini merupakan salah satu kekayaan buadaya kiata dan peninggalan sejarah.

Sejarah Terbentuknya Desa Nagarantai

Picture
Sejarah terbentuknya Desa Naga Rantai diawali dengan kedatangan penduduk Kinal ke Desa ini yang mencari daerah untuk tempat hidup yang baru, penduduk Kinal yang pertama kali dating ke Naga Rantai yaitu Puyang Raje Alam dan Puyang Depati Awahan. Nage Rantai pada awalnya masih berbentuk hutan serta jalannya masih jalan setapak. Karena penduduk Kinal menginginkan keramaian maka tempat ini mereka namakan Suke Rami, dengan maksud dan tujuan agar daerah ini menjadi rami dan banyak penduduknya. Setelah beberapa tahun menempati desa ini, terdapatlah kisah dan kejadian yang menarik dan aneh yang terjadi, yaitu seorang Bapak tua melihat seekor naga berkalung rantai di lubang naga yang terletak dipinggiran Air Kule. Untuk meihat lubang naga tersebut hanya orang-orang tertentu yang dapat melihatnya. Walaupun kejadian ini aneh dan dan hanya cerita yang tidak bisa diterima oleh logika,  namun penduduk setempat tetap  yakin dan percaya bahwa cerita ini memang betul terjadi. menurut cerita dari nara sumber orang yang melihat naga tersebut adalah orang tua dari Saptudin. Beliau adalah penduduk asli Naga Rantai. Karena kejadian inilah, para penduduk Suke Rami bersepakat untuk merubah nama desanya menjadi  desa Nage Rantai. Tetapi karena pemerintah agak sedikit canggung mendengar nama Nage Rantai, maka diubahlah menjadi Naga Rantai. Peninggalan masa lampau yang masih ada di Naga Rantai adalah  Batu empat  yang dipercaya masyarakat disini sebagai peninggalan masa lampau.

Sejarah Terbentuknya Desa Pagar Alam Kecamatan Padang guci Hulu

Picture Diceritakan bahwa nenek moyang (kepuyangan) Pagar Alam berasal dari Pasemah Pagar Alam Yang sengaja merantau untuk mencari kebun yang baru. Dahulunya dusun Pagar Alam berada di Muara Air Kelam kemudian mengalami perpindahan sampai 4 kali, yaitu: ·         Ke Desa Pelajaran (pinggir Air Kelam)·         Ke Desa Penantian, ·         Ke Desa Lawang Agung·          setelah itu pindah lagi ke Tanjung Limus (Pagar Alam sekarang)Desa Pagar Alam memiliki 3 kepuyangan yaitu:·         Puyang  Kedum ·         Senarum (Pangeran)·         Raden Layangan Diceritakan sekilas oleh nara sumber bahwa Puyang Kedum memiliki kesaktian yaitu bisa terbang ke pasemah, hal ini dikisahkan semasa anak beliau mau menikah gong atau canang untuk menikahkan itu tidak ada jadi dengan kesaktian beliau pergi mengambilnya ke Pasemah dan sampai sebelum acara pernikahan dimulai.Desa Pagar Alam dulunya bernama dusun Tanjung Limus, sebab dinamakan Tanjung Limus karena disitu dulunya terdapat pohon limus (ambacang) yang letaknya di penanjungan dusun. Pada tahun 1912 dengan petunjuk dari seorang tokoh masyarakat yang bernama Dul Bantanmaka dirubahlah dusun Tanjung Limus menjadi Desa Pagar Alam. Dinamakan Pagar Alam karena atas petunjuk dari puyang ketunggalan Pasemah untuk membawa nama Pagar Alam ke daerah yang mereka tempati.




Sumber:
http://padangguci.weebly.com/sejarah.html
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar